Mari kita merenung sekali lagi apakah kita tergolong dalam mereka yg menzalimi atau bekerjasama dgn mereka yang menzalimi insan lain..!!
Firman Allah, Al-Kahf):29: Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek@buruk.
Ketika misi #r4peace 6 yg lalu kami cuba ke penjara@tempat tahanan sdr Rohingya dan sdr Uighur di Thailand, tapi atas alasan keselamatan kami tangguhkan dulu ke sana. Namun foto dan info kondisi sdr Uighur di tahanan kami perolehi dari team media Wartani yg punya akses ke sana. Smg foto ini memberi 1000 gambaran bagaimana mereka terpaksa melalui kehidupan begini.
Mereka tidak ada pilihan setelah pihak penguasa China dan puak Han di Xinjiang melakukan kekejaman kpd mereka. Info dari sdr Uighur yang menjadi pelajar UIA KL, “Jumlah tahanan di China melebihi 80,000 orang dan kesalahan mereka hanya kerana mereka mengamalkan hidup Islam.”.
Maka bertebaranlah mereka keluar menyelamatkan diri dan keluarga ke mana saja. Melalui jalan darat ke Laos atau Vietnam dan Thailand. Akhirnya sebahagian mereka ditahan di Sadao. Thailand.
Laporan JITU dari Misi RoadForPeace
PADA hari terakhir perjalanan tim Road4Peace 6 ke Thailand Selatan, rombongan menemui Ustadz Ismail, Wakil Syekhul Islam (jabatan untuk urusan keislaman di Thailand).
Ustadz Ismail adalah orang yang bertugas mengurusi dan menyerahkan bantuan kepada Muslim Uighur dan Rohingya di penjara-penjara, termasuk menangani para pengungsi yang sakit dan meninggal dunia.
Ustadz Ismail dibantu beberapa orang dan istrinya setiap hari memasak makanan dan mengantarkannya kepada Muslim Uighur dan Rohingya di tahanan imigras. Tiap pagi, siang dan sore telah dibuat jadwal rutin untuk mengantarkan makanan kepada mereka.
Namun, ada keistimewaan tersendiri yang didapati tim Road4Peace 6 kala menjumpai pengungsi Uighur.
“Pengungsi Uighur itu berbeda dengan yang lain,” kata Ustadz Ismail. “Mereka mengikuti apa kata Amirnya (pemimpin). Bila makanan yang disajikan masih syubhat (tak jelas antara halal-haramnya, red), mereka tidak akan mau memakannya. Mereka biasa tidak makan satu sampai dua hari kecuali sudah dipastikan makanan yang diberikan halal,” jelasnya kepada anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU), Agus Abdullah, pada hari terakhir perjalanan di Thailand.
Artinya, mereka sangat memelihara diri dan jiwa mereka dan takut memakan makanan yang dilarang Allah. Jangankan yang haram, yang syubhat (tak jelas, apakah halal atau haram), mereka tak mau memakannya.
Pihak pemerintah Thailand yang menangkap mereka pada awalnya tidak menemukan cara bagaimana agar mereka bisa diberi makan, hingga akhirnya meminta bantuan Ustadz Ismail menyediakan makanan untuk mereka.
Menurut sumber yang sama, jumlah mereka cukup banyak. Pada awal 2013 saja, sekitar dua ratus dari mereka telah ditangkap. Mereka juga membawa anak-anak dan bayi. Muslim Uighur lari menyelamatkan nyawa dan keimanannya melalui Laos, Vietnam, dan Thailand utara. Berbeda dengan Muslim Rohingya yang memakai perahu, Muslim Uighur menggunakan jalan darat.
Sebenarnya, kata Ustadz Ismail, semula mereka tidak ingin ke Thailand, tetapi hendak ke Turki. Thailand hanya sebagai transit sementara waktu saja. Namun di perjalanan, mereka ditangkap oleh keamanan Thailand. Mereka tidak mau kembali karena akan membahayakan jiwa mereka. Sudah sekitar 40 di antara mereka meninggal karena beberapa sebab, di antaranya sakit dan tidak mendapatkan makanan.
Mengetahui kondisi tersebut, Mustopa Mansoor yang memimpin rombongan berharap misi selanjutnya bisa lebih banyak meringankan penderitaan mereka. “Saya menyeru kepada seluruh NGO di ASEAN untuk mengambil langkah-langkah proaktif, untuk membincangkan dan melaksanakan program-program kemanusiaan di masa mendatang,” katanya optimis.
“Alhamdulilllah, misi Road4Peace keenam ini sukses dan mencapai sasaran. Dan gerak kerja seterusnya harus dirancang agar lebih baik,” tambahnya.
Ia mengatakan, perjalanan selama tiga hari tersebut telah membuahkan jalinan yang baik antara sesama Muslim Nusantara. Ia juga berharap sebelum Ramadhan tahun ini, jalinan baik tersebut dapat dibawa dalam pertemuan NGO-NGO ASEAN di Indonesia, guna mewujudkan kepedulian yang lebih baik kepada sesama Muslim. [Agus/Islampos]